Perempuan Sebagai Subjek Pembangunan: Jangan Berhenti Pada Sekadar Retorika”
Cimahi – Kota Cimahi yang mengusung kebijakan optimalisasi Sumber Daya Manusia seharusnya memberikan ruang yang lebih luas bagi partisipasi perempuan dalam pembangunan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa perempuan masih menghadapi berbagai hambatan, termasuk dalam hal representasi dalam forum-forum publik. Hal ini disampaikan oleh Nyimas Dewi Dedeh.
Pasca ketiadaan perempuan sebagai panelis dalam sebuah debat publik Calon Walikota dan Wakil Walikota, (Minggu 27 Oktober 2024), dan diabaikannya usulan mereka dalam audiensi publik adalah contoh nyata dari diskriminasi gender. Padahal, perempuan memiliki potensi yang besar untuk berkontribusi dalam pembangunan daerah. “Kami sudah menyurati KPU Kota Cimahi pada tgl 5 Oktober 2024 untuk beraudiensi, bahkan mencoba memfollow up jika ada agenda penyampaian pendapat, namun kami diabaikan bahkan dikatakan tidak relevan karena bukan mewakili partai politik. Menurut kami, ini agak aneh, aspirasi yang berasal dari inisiatif masyarakat mestinya diterima secara terbuka oleh KPU, bukan di negasikan.”
Adanya informasi dalam acara debat publik semalam dikatakan sudah sesuai arahan kebijakan KPU RI baik PKPU no 13 tahun 2024 serta Keputusan KPU RI No 1363 tentang kampanye, dimana di dalamnya tidak mewajibnya keterwakilan panelis perempuan, menurut Nyimas, disinilah perlunya kearifan lokal dari para pengambil kebijakan. KPU adalah badan independen, harus memiliki kebijakan yang berdasar pada kearifan lokal, pada konteks inilah diskresi bisa dikeluarkan. Konteksnya terhadap aturan KPU tersebut bukan tentang sesuai ataupu melanggar aturan, tapi kesadaran untuk membuat partisipasi perempuan serta gender sensitif itu yang dipertanyakan.
Menghormati perempuan itu mestinya dengan kesadaran, bukan dengan paksaan ataupun hukuman. Sangat prihatin pada penyelenggara pilkada yang merasa tidak sensitif gender, semoga para kandidat Paslon Walikota dan Wakil Walikota Cimahi yang berkontestasi lebih meiliki keberpihakan pada perempuan, terutama mengingat jargon hampir semua pasangan adalah keunggulan SDM, dimana hampir separuh penduduk Cimahi adalah perempuan. Mudah-mudahan hal ini bisa segera mendapat perhatian dan perbaikan. Mari bersama membangun kota Cimahi agar maju, dengan optimalisasi dan memberdayakan perempuannya.