Menjaga rasa nyaman anak di Dunia Pendidikan

WhatsApp Image 2023-07-05 at 17.46.10

Hak pendidikan dan hak jadi terdidik adalah hak setiap anak bangsa, sehingga pendidikan mesti menbentuk masyarakat berkarakter. Terlihat jamak bahwa anak didik selalu dianggap objek pendidikan, padahal karakter pendidikan itu sendiri mewujudkan masyarakat yang percaya diri bahwa dia memiliki dirinya sendiri dengan pengalaman dan pembelajaran yang selama ini didapatkannya di dunia pendidikannya.

Miris memang melihat warna pendidikan saat ini yang hanya mengedepankan kemampuan berfikir tanpa melihat nilai sosial dan karakter dasar seorang anak manusia. Melihat persoalan kasus pengeroyokan Antara David ojora dan mario dandi, melihat kasus pembakaran sekolah oleh seorang siswa karena sudah tidak merasa nyaman disekolah yang penuh bully oleh temannya bahkan gurunya. Apakah begini kacamata dunia pendidikan saat ini?

Mungkinkan kacamata pendidikan saat ini hanya melihat seorang peserta didik dari kacamata aliran behaviorisme yang beranggapan bahwa anak didik yang melakukan aktivitas belajar seperti membaca buku, mendengarkan penjelasan guru, mengarahkan pandangan kepada seorang guru yang menjelaskan di depan kelas, termasuk dalam kategori belajar. Mereka tidak melihat ke dalam fenomena psikologis anak didik. Aliran ini berpegang pada realitas dengan mata telanjang dengan mengabaikan proses mental dengan segala perubahannya, sebagai akibat dari aktivitas belajar tersebut.

Mesti difahami mungkin, bahwa guru itu ibaratkan teman atau kakak yang mendorong peserta didik bisa menemukan potensi dirinya sebagaimana slogan tut wuri Handayani. Dengan semboyan tut wuri handayani ini diharapakan seorang pendidik harus bisa menjadi tauladan ,di tengah murid, pendidik harus bisa memberikan ide, dan di belakang, seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan.

Menjadi pertanyaan kenapa jauh selogan dari realita pemeblajaran. Apakah ini cermin merdeka belajar sebagai simbol pendidikan saat ini, mebangun karakter siswa yang bercita-cita tanpa ada rasa. Semestinya merdeka itu adalah benar-benar merdeka atau dalam bahasa lain merasa nyaman dan welas asih dan tepa selero, yaitu pendidikan yang mengedepan akhlak dan moral bukan sekeder membaca peserta didik hanya melalui RPP (Rencana Pelaksanaa Pembelajaran) yang sesuai standar yang menggelobal dan hanya untuk medapat sertifikasi pendidikan yang sesuai standar tapi tidak mampu menciptakan karekter pendidikan, atau karena memang pendidikan hari ini menciptakan klas baru dalam masyarakat. Cukuplah kita terjajah pada masa dahulu dengan pengelompokan kelas dimasyarakat dan dunia pendidikan.

Sewajarnyalah pendidikan menciptakan kenyamanan peserta didik yang sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia, untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, di mana pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan.

Penulis Opini
Apridhon Rusadi
Ketua Bidang Perlindungan Anak PB SEMMI

You may have missed

Pengurus Pusat Angkatan Muda Majelis Dakwah Islamiyah (PP AM-MDI) gelar Forum Group Disccussion (FGD) dikawasan warunk wow kwb, Jakarta selatan. Kegiatan yang dihadiri oleh Miko Napitupulu (Tokoh Nasional), Dr. Muhamamd Mansur (Staf Ahli Rektor Univeristas Pancasila), Letnan Jenderal (Purn) TNI. Ali Hamdan Bogra, serta Ir. Haidar Alwi ini bersama ratusan peserta dari kalangan aktivis mahasiswa guna membahas isu-isu terkini soal penenangan distribusi gas bersubsidi. “Kami menggelar forum diskusi ini untuk mendukung langkah taktis menteri ESDM Bahlil Lahadilia soal kebijkan menata sistem pendistrubusian gas bersubsidi yang diributkan saat ini”. Ucap Sandri Rumanama (Ketua Harian PP AM-MDI), kamis, (13/2) Sandri mengatakan bahwa Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebenarnya pro rakyat meski sempat membuat larangan penjualan elpiji 3 kilogram (kg) oleh pengecer karena ingin memastikan pengelolan subsidi negara tepat sasaran. “Sangat pro rakyat, memastikan satuan harga bisa dijangkau masyarakat, memutus mata rantai mafia gas yang bermain penyulingan gas 3 kg ke 12 kg, serta memastikan subsidi negara tepat sasaran ini sangat pro rakyat”. Ucapnya Sandri menyampaikan jika merujuk pada sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 2021 bahwa sejatinya, elpiji 3 kg diperuntukkan bagi rumah tangga miskin, usaha mikro, petani sasaran, dan nelayan sasaran. Hanya saja, pada kenyataanya, masih banyak pihak yang bermain-main disni “Negara sudah mensubsidikan ratusan triuliun untuk rakyat tapi nyata nya tidak tepat sasaran, bahkan pihak yang sebenarnya tidak berhak, tetapi ikut memanfaatkan subsidi ini serta mencari keuntungan dari subsidi ini”. Papar Sandri Rumanama kepada awak media