jadi pemateri di kuliah umum, Rachmat Gobel jelaskan intoleransi sesuatu yang harus dihindari dari kegiatan politik.
Yogyakarta, – “Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia atau SEMMI adalah anak kandung Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan H. Samanhoedi di Solo, dan kemudian berganti nama menjadi Syarikat Islam (SI) dibawah pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto,” ujar Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan, Rachmat Gobel, saat menghadiri acara kuliah umum dan pelantikan SEMMI provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Sabtu (29/2).
Ia menambahkan jika organisasi Syarikat Islam adalah organisasi pergerakan umat yang sudah lahir sejak era kolonial, saat dimana penjajah masih berkuasa dengan penuh di Indonesia.
“Sejarah mencatat, pada 2 April 1956, Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) didirikan bersamaan dengan berdirinya Majelis Tahkim Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) di Bandung. Oleh karena itu, tidak bisa disangkal bahwa SEMMI adalah “anak kandung” yang lahir dari rahim semangat Syarikat Islam,” jelasnya dihadapan peserta yang merupakan para Ketua BEM se-DIY.
Dalam acara yang juga dihadiri Kasatgas Nusantara Polri Irjen Pol. Fadil Imran, Ketua DPP PDIP H.M. Idham Samawi, Presiden Of OIC Youth Indonesia Syafeii Efendi, Direktur Lembaga Ekonomi PB HMI, Arven Marta ini, Rachmat Gobel yang mendapatkan materi sesuai dengan subtema, yakni ‘Politik dan Ancaman Intolerasi, mengatakan dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, plural, potensi ancaman itu akan selalu ada.
“Adalah tugas kita bersama untuk selalu menjaga agar potensi ancaman itu tidak sampai merusak kita sebagai satu bangsa,” tambahnya.
Menurut Rachmat Gobel, tentu kita sudah sering mendengar bahwa politik adalah mengelola sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, mengelola kepercayaan, harapan, masalah yang dihadapi rakyat dari pesimistis menjadi optimistis. Dalam kaitan ini maka politik adalah, bagaimana membangun komunikasi yang saling menghargai agar bisa efektif untuk mencapai tujuan politik itu sendiri, yaitu tercapainya masyarakat yang adil dan sejahtera.
Politisi Partai Nadem ini menambahkan sikap intoleransi sesuatu yang harus dihindari dari kegiatan politik. Menjadi sangat penting untuk kita sama-sama menjaga agar dunia atau panggung politik jauh dari nuansa intoleran. Sejarah juga menunjukkan bahwa politik identitas yang dekat atau praktik intoleran akan dijauhi masyarakat.
Terakhir, mantan Menteri Perdagangan berpesan kepada SEMMI untuk membuat gerakan gerakan dengan semangat memberikan sumbangsih nyata terhadap umat dan negara.
“Gerakan reposisi SEMMI ini harus mendapat dukungan, apalagi sejak awal semangat yang dikembangkan Sarikat adalah perjuangan bangsa melalui lapangan ekonomi untuk meningkatkan daya saing ekonomi umat,” tutupnya.