(Foto: Istimewa)
[Kapal Pesiar, (foto: Istimewa)]
SuaraPEMUDA– Menyikapi Perihal tentang peranan armada penunjang pariwisata maritim dalam mendukung pariwisata ekonomi dan UMKM harus bisa disikapi lebih serius dari setiap pihak terkait agar setiap bantuan bisa tepat sasaran guna menkondusifkan kondisi saat ini di era 5G yang merupakan generasi kelima(Jaringan Seluler).
Apalagi ihwal ini menyikapi perekonomian indonesia dimasa Pandemi yang beberapa sektor dan kalangan pengusaha mengalami goncangan ekonomi, sebelumnya Rektor Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini pernah mengungkapkan di dalam acara diskusi publik Paramadina Public Policy Institute (PPPI) yang mengangkat tema “Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Fondasi Ekonomi dan Agenda Pembangunan di Indonesia” pasalnya dia menjelaskan semakin besar utang negara.
Intinya dalam penjelasan nya, dia menyampaikan tentang perihal posisi fiskal yang rapuh dan utang besar. Utang luar negeri Indonesia hingga Juni 2021 tercatat telah mencapai Rp.6.554 triliun dengan beban bunga Rp.367,3 triliun.
“Rasio utang terhadap GDP [gross domestic bruto] sendiri telah mencapai 41,35 persen,” ujarnya dalam keterangan resminya sekitar 5 Bulan yang lalu, saat diskusi Public Policy Institute (PPPI) Agustus 2021 lalu.
Sehingga menurutnya perlu dicari alternatif pendapatan non hutang diataranya, memperkuat nilai jual dari sektor Pariwisata dan maritim.
Sebagai salah satu usaha pendukung pemulihan ekonomi nasional melalui sektor pariwisata adalah merancang armada maritim yang berkualitas.
Sementara itu, menyikapi hal ini M Rafik Perkasa Alamsyah ketua umum Aliansi Masyarakat Untuk Nawacita (Almaun) menilai bahwa potensi bisnis Cruise di Indonesia secara global akan bisa mengalami peningkatan.
“Karena peran armada maritim ini akan di peruntukkan bagi penunjang untuk menjangkau 10 Destinasi wisata prioritas dan 5 Destinasi pariwisata super prioritas. Karena potensi bisnis cruise di Indonesia secara global akan mengalami peningkatan,” pungkasnya
Dalam hal ini, Persolan bisnis Cruise di Indonesia perlu melakukan kajian, terkait Indonesia belum memiliki Cruise yang dapat menjadi penunjung pariwisata di tingkat lokal. Pandemi Covid19 ini terlalu sangat besar dampaknya bagi Industri travel dan tourism bahkan dapat ditafsir dengan kerugian secara global sebesar USD 4,5 trIliun.
“Bisa diproyeksilkan potensi pertumbuhan market cruise global mencapai 34 juta penumpang di 2030, dengan market Value USD 250/bulan. Pasar Cruise Indonesia pun bahkan berkontribusi sekitar 1,2 ribu dari pasar Cruise Asia yang berkisar 62 ribu dari 5 juta penumpang,” paparnya
Terdapat 5 pelabuhan favorit yang disinggahi kapal Cruise di dalam Indonesia, yaitu, Benoa/Bali, Bintan, Comodo/Siawi Bay, Lembar/Lombok, Semarang/Borobudur.
Perkiraan pertumbuhan market Cruise tersebut mesti juga diiringan dengan pertumbuhan jumlah wisatawan domestic (domestic Cruise), yang mana peningkatan ekonomi dan peningkatan UKM Economic Domestic Volue.
Pengangkatan Ekonomic Domestic Velue ini juga diharapkan dapat diarahkan pada korelasi kegiatan wisata bebas Covid dan karantina Wisata Domestic.
Berdasarkan persolan tersebut, perlu diadakan diskusi dalam rangka mencari keterkaitan antara penguatan armada Penunjang Domestic Cruise, Economic Domestic Velue serta fungsi Armada Domesti Cruise sebagai bagian dari penunjang Program Wisata menuju Destiniasi Wisata dan Carantina wisata Wisatawan Internasional dan lokal.(Bar)