Soal Prank Bantuan 2T , Aktivis Sumsel Minta HD Tidak Malu Meminta Maaf Pada Seluruh Masyarakat Indonesia

Palembang – Bantuan 2 triliun dari keluarga Akidi Tio untuk penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan ternyata bohong belaka. Tepat seminggu kemudian, Senin (02/8/2021) setelah acara simbolis penyerahan bantuan pada Senin (26/7/2021) terungkap kalau uangnya tidak ada.

Kedermawanan keluarga Akidi Tio menjadi viral dan sontak mendapat pujian dari semua kalangan, namun naasnya cuma prank alias hoaks yang akhirnya berujung pada penetapan tersangka pada Heriyanti, anak sulung dari Akidi Tio, sekalipun diralat kembali oleh Polda Sumsel terkait status tersangkanya.

Harda Belly Aktivis Sumsel Yang tinggal di Jakarta ikut menyayangkan acara simbolis penyerahan bantuan itu bisa dihadiri oleh Gubernur Sumsel Herman Deru dan beberapa pejabat tinggi di Sumsel tanpa pengecekan terlebih dahulu kebenaran bantuan tersebut.

Ia menyebut kejadian tersebut sebagai sesuatu yang memalukan dan tak menyangka Herman Deru sebagai Pemimpin mudah dibohongi.

“Sebagai pimpinan dan orang nomor satu di Sumsel, Herman Deru telah ditelanjangi nalarnya sehingga tidak bisa berpikir rasional dan tidak mampu memverifikasi bantuan yang sejak awal sudah mencurigakan itu, apalagi ikut beria gembira dengan menghadiri acara seremonialnya, semestinya Herman Deru merasa malu ke masyarakat apalagi itu sudah menjadi pembahasan nasional” kata Harda kepada wartawan di Kawasan Jakarta Selatan, kamis (05/8/2021).

Menurut Harda, klarifikasi yang dilakukan oleh Herman Deru tidak akan mengobati kekecewaan masyarakat Sumsel.

“Masyarakat sudah kadung berharap donasi tersebut benar-benar bisa terwujud untuk menangani pandemi Covid-19 namun dikecewakan karena memiliki pimpinan daerah yang mudah tertipu dan terbuai dengan janji-janji manis. Alih-alih minta maaf kepada masyarakat, Herman Deru malah lepas tangan dan merasa tidak tertipu. Padahal masih melekat dalam ingatan masyarakat, dengan gagahnya dia mengapresiasi langkah anak Akidi Tio dan membayangkan dengan jumlah uang itu bisa membangun rumah sakit setara singapura ” ujarnya.

Harda menyebut tidak sedikit yang berharap dengan bantuan itu bisa menangani Covid-19 di Sumsel yang selama ini termasuk daerah dengan lonjakan kasus yang sangat tinggi, namun faktanya nihil.

“Sumsel merupakan daerah yang masuk dalam perhatian nasional karena kasus Covid-19 sangat tinggi. Di saat pemerintah daerah tidak bisa memberikan solusi dengan langkah-langkah serius untuk mengendalikan pandemi, ada pengusaha tajir yang menghibahkan hartanya sekalipun pada akhirnya hanya sekedar prank. Akhirnya terjadi kegaduhan dan yang pasti hal itu mengakibatkan rontoknya mental pejabat Sumsel karena telah mempertontonkan seremonial “donasi ghaib” dihadapan publik kecuali Herman Deru yang memang terbiasa memberikan janji-janji manis tanpa bukti kepada masyarakat,” tambahnya.

Dengan kejadian itu, menurut Harda, menjadi pelajaran bagi Herman Deru akan keteledorannya dan tidak usah takut untuk minta maaf.

“Sebagai pemimpin itu harus bertanggung jawab, tidak usah klarifikasi apapun hanya untuk menunjukan dirinya tidak tertipu. Cukup minta maaf dan sampaikan apa adanya, masyarakat akan lebih menerima itu tanpa alasan yang seakan mengada-ada. Soalnya kasus ini telah mempersekusi nalar sehat dan jangan sampai Sumsel dicap sebagai produsen hoaks atau prank nasional,” tutup Harda.